Gadis SMAdaBo


Pagi itu,matahari terbit seiring dengan kokokan ayam dan hilangnya ribuan gugusan bintang. Kamis, 02 Juli 2010 merupakan hari yang sangat mendebarkan bagi ku, Himatul Aliyah. Aku bersiap mendaftarkan diri untuk melanjutkan study ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu di SMAN 2 Bojonegoro. Aku mengecek kembali semua data dankeperluan untuk pendaftaran. Semoga tak ada yang ketinggalan,ucapku lirih. Jam menunjukan pukul 08.00 WIB aku bersiap berangkat dengan menggunakan jasa transportasi umum. Mataku masih sembab karena menangis semalaman, seluruh anggota keluarga ku tidak ada yang setuju aku bersekolah di SMA. Mereka lebih rela jika aku mendalami ilmu agama di pondok pesantren. Tapi aku tetap bersikeras dan telah bertekad bulat. Akhirnya mereka berat hati mengizinkan dengan berbagai macam syarat. Diantaranya aku harus tetap mondok walau sekolah di SMA.
Setelah mnempuh perjalanan sekitar setengah jam, akhirnya aku tiba di tempat tujuan. SMAN 2 BOJONEGORO,tulisan tersebut terpampang jelas di pintu gerbang sekolah. Aku melangkah ragu menginjakan kaki memasuki halaman sekolah. Suasana sejuk menyambut kedatangan ku, pohon – pohon rindang nan hijau menghiasi pelataran sekolah. Disamping kananku, terlihat lapangan olahraga dan dikanannya lapangan telah terjajar dengan rapi motor – motor berbagai merk milik para calon siswa baru. Iya benar, karena itu adalah tempat parkir. Ketika aku sampai disana telah banyak calon siswa baru yang antri mendaftar. Aku masih berdiam diri memandangi puluhan bahkan ratusan siswa yang berlalu lalang mendaftarkan diri, aku belum tahu bagaimana prosedur pendaftarannya. Heheheh Memalukan.jam menunjukan pukul 11.00,Alhamdulillah, Allah telah menurunkan mukjizatnya. Aku bertemu salah seorang temanku, Fatma yang setia membantu aku hingga seluruh prosedur pendaftaran selesai. Ketika aku berhadapan 3 kolom daftar pilihan sekolah, aku hanya mengisi pada pilihan pertama di SMAN 2 Bojonegoro. Sementar kolom 2 dan kolom 3 ku biarakan kosong. Melihat semua itu, Ftama menegurku.
“kenapa kolom 2 dan kolom 3 tidak diisi, itu juga wajib diisi. Semisal kita tidak diterima di sekolah ini,kita masih berkesempatan di sekolah negeri lainnya kan.” Celoteh fatma.
“ooh, begitu iya,”jawabku cepat.
Keringat dingin mengalir dari dalam diriku.terngiang kembali janjiku pada keluargaku. Jika aku tidak diterima disekolah ini, aku bersedia mendalami ilmu agama dipondok pesantren mana saja pilihan keluarga. Berbekal nilai NUN 38,20 aku yakin bisa menjadi bagian dari keluarga besar SMAN 2 Bojonegoro ini. Namun, untuk memenuhi persyaratan, aku memilih SMAN 4 dan SMAN 3 Bojonegoro pada pilihan kedu adan ketiga, walau aku tahu aku tidak akan memasukinya semisal aku tidak diterima disekolah ini.
Setelah menyerahkan semua berkas perdaftaran kepada panitia, aku harus menunggu tanda bukti pendaftaran. Hampir tiga jam aku berdiri dan berdesakan dengan ratusan siswa hanya untuk mengambil selembar kertas bukti pendaftaran. Aku hampir mati berdiri kehabisan nafas, semua siswa ingin cepat mendapatkan bukti pendaftaran dan segera keluar dari lautan siswa beserta keringtanya ini. Tak terkecuali aku, sialnya setelah seharian menunggu bukti pendaftaran tersebut, ternyata namaku belum dipanggil dan harus kembali lagi besok. Didalam perjalanan tak henti – hentinya aku mengeluh dan menyesal dalam hati.kenapa tadi tidak pulang saja. Dalam perjalanan pulang, aku bertemu dan berkenalan dengan salah seorang siswa yang ternyata juga mencoba mendaftarkan diri di SMAN 2 Bojonegoro. Dia bernama Leoreta Cristina, Lulusan SMPN 1 Bojonegoro, alamatnya Desa Talok Kec. Kalitidu. Ternyata masih tetangga, satu kecamatan, pikirku. Aku berbincang – bincang dengannya sembari menghilangkan rasa penat. Dan perbincangan kami berakhir ketika aku turun duluan dari angkot karena telah sampai perempatan Desa Ngujo.
Keesokan harinya, aku kembali ke SMAN 2 Bojonegoro tanpa seorang pun anggota keluarga yang menemani. Sembari menunggu bukti pendaftaran aku sempat berkenalan dengan teman – teman dari SMPN 1 Bojonegoro, diantaranya Riftika Danik, Dearta, Vianti, dan Viksky Intan. Selain mereka aku juga sempat berkenalan dan bertukar nomor Hp dengan Intan Agus siswa asal Gondang. Dan mereka lah yang kini menjadi temanku di sekolah ini. Setelah dua jam menunggu akhirnya aku mendapatkan bukti pendaftaran tersebut. Dalam bukti pendaftran tersebut,diinformasikan bahwa siswa bisa mencari info PSB Lewat Via SMS Dengan mengirim pesan PSB (spasi) BOJONEGORO (spasi) Kode peserta PSB kirim ke 7427 dan ketika ku mencoba mengirim pesan tersebut, aku masih menempati posisi ke empat belas. Alhamdulillah masih ada kesempatan besar bagiku untuk menjadi bagian dari sekolah ini, Ucapku dalam hati.
09 Juli 2009
Pengumuman PSB akan segara dilaksanakan, hatiku resah, detuk jantungku semakin tak menentu.aku berharap cemas, dalam setiap nafasku tak henti – hentinya aku mengucap do’a kepada – Nya. Hanya inilah satu –satunya harapanku. Syukur tak henti – hentunya ku persembahkan kepada-Nya karena namaku masih tercantum dalam ratusan deret nama – nama siswa yang diterima di SMAN 2 Bojonegoro. Dan semua temanku juga diterima disana,kecuali Fatma, dia diterima di SMAN 3 Bojonegoro. Aku sedih, tapi dia malah menguatkan hatiku bahwa ada hikmah dibalik ini semua.
Setelah menyelesaikan pendaftaran ulang dan administrasi, seluruh calon siswa SMAdaBo wajib mengikuti Pramos Pada Hari Sabtu,11 Juli 2010 Jam 12.00 dengan berpakaian bebas, rapi , dan bersepatu. Penentuan kelas pun dilaksanakan hari itu, aku sekelas dengan Riftika Danik dan Intan Agus di kelas X-5, sementara Dearta di kelas X-7,Vianti di kelas X-6 dan Viksky Intan di kelas X-3. Dalam pramos tersebut dijelaskan apa saja keperluan yang harus dibawa dan peraturan yang harus ditaati. Wow, banyak sekali persyaratan yangharus dipenuhi,gumanku ketika menulis semua persyaratn yang dibacakan oleh kakak – kakak OSIS.
Hari minggu, aku mulai berbelanja semua keperluan MOS dengan uang sisa pembayaran seragam dan sedikit tabungan yang tersisa, aku harus berhemat, pikirku. Setelah semua perlengkapan terpenuhi, aku pulang. Sesampainya di rumah, aku langsung menyiapkan semua keperluan MOS, meski badan terasa penat karena menempuh jarak 3 Km rumah –pasar dan sebaliknya degan sepeda onthel. Ku mulai dengan membuat tas dari kardus AQUA yang dibungkus dengan kertas kalender dan diikat menggunakan raffia sesuai warna kelas, kebetulan warna kelasku adalah biru laut. Selain itu, kita harus membuat tulisan berupa Nama, Alamat disebuah kertas Karton dengan menggunakan bungkus permen Relaxa ungu, membuat topi dari terancangan warna merah dengan tali dari sumbu kompor, kalung dari permen Relaxa, dan papan nama dari kertas marmer berwarna biru, sesuai warna kelasku.
Pukul 23.00 seluruh pekerjaanku selesai, aku hampir menangis karena takut tak terselesaikan. Sementara badan sudah sangat capek dan mata tak kuasa menahan kantuk. Tapi, Tuhan selalu menunjukan Kekuasaan – Nya, meniupkan kekuatan hingga aku sanggup menyelesaikan semua tugas dengan tanganku sendiri.
Senin, 13 Juli 2009
Hari pertama masuk terasa begitu berat, aku duduk sebangku dengan Riftika Danik di bangku terdepan tapi pada hari kedua Riftika Danik pindah tempat kebelakang dan aku dudduk sebangku dengan Ashfiya.Ketika itu, Semua peserta MOS mengenakan seragam putih – hitam dengan memakai pita bewarna hitam dan warna kelas sesuai dengan bulan kelahiran dikali dua. Jadi jika lahirnya pada bulan Desember, maka ia harus menggunakan pita 12 x 2 = 24 pita sebagai Dasi, jika laki-laki dan sebagai ikat rambut jika perempuan. Heheheeh . untungnya aku lahir pada bulan Juni jadi hanya 12 pita yang aku gunakan.selain itu, kita juga harus mencari 5 tanda tangan guru, 40 tanda tangan kakak OSIS, dan 10 tanda tangan teman. Satu kegiatan yang paling menyebalkan bagiku dan mungkin juga bagi semua peserta, yaitu KEAMANAN, dimana kakak yang menjadi panitia dalam kegiatan ini akan memeriksa semua perlengkapan adik – adiknya. Semua peserta, disuruh berdiri dengan kepala tertunduk dan mulut terkunci.Jika ada yang salah atau kurang mereka akan mengeluarkannya dari kelas dan dibentak – bentak semau mereka. Huch, menyebalkan!!ini MOS bukan perpelancongan. Masak upaya pendisiplinan adik kelas seperti ini. Teriakku dalam hati. Tiga hari MOS telah berlalu dengan baik dan aku tak pernah satu kalipun dihukum oleh panitia keamanan. Hebat bukan,,,hehehehe ^;^
*********
Pelaksanaan MOS usai sudah, kini saatnya aku berkenalan dan menempatkan diri dalam lingkungan serta keluarga baru, yakni keluarga besar SMAN 2 Bojonegoro pada umumnya, dan keluarga besar X-5 pada khususnya dibawah bimbingan ibu Dra. Iva Hanifah, karena beliau lah wali kelas sekaligus bunda dari kelas X-5. Aku memilih duduk sebangku dengan Intan Agus karena dia adalah orang yang sudah sangat saya kenal semenjak pendaftaran dulu, sementara Riftika Danik dengan Ida, namun jelang beberapa minggu aku pindah tempat duduk dan sebangku dengan Isnan, karena kurang ada kecocokan diantara kami dan Isnan lah yang menjadi teman sekaligus saudaraku. Hari pertama pelajaran berjalan lancar karena sedikit banyak aku telah menguasai materi pelajaran berkat buku yang ku pinjam dari tetangga yang juga telah bersekolah di salah satu sekolah SMA swasta. Hari – hari di SMada ku lalui dengan senyuman dan canda tawa teman – teman X-5, kami juga punya nama kelas , yaitu ARSHEMA (Arek Seruluh Lima), namun dengan karena semakin kentalnya persahabatan diantara kami, akhirnya kami memutuskan menggantinya dengan nama Soul Society (Sepuluh Lima So Cute, imoet, dan penuh arti) dan kata itu menjadi harapan bagi persahabatan kami di masa yang akan datang. Satu persatu nama guru mulai terekam dan tersimpan dalam memori otakku. Mulai dari pak Muchsin, Guru PAI(Pendidikan Agam Islam) yang sangat lucu n kocak abies, hingga bu Wiwik, guru Matematika , yang kata temen – temen merupakan ibu angkat aku, hehehehe( maaf ea bu).
Seiring dengan berjalannya waktu, jarring pertemananku pun makin berkembang, aku mulai mengenal kakak kelas, berawal dari mbak Anita( XI IA 2,dulunya) karena dia tetanggaku, mbak Maya tetanggaku di pondok yang cantik lagi baik hati, mbak Lisa yang merupakan mantan pacar dari sepupuku, dan masih banyak lagi pokoknya.
Di SMAda pula aku belajar arti pengorbanan dan kerja keras, teringat kembali ketika tak sesatupun dari keluarga yang mendukung aku bersekolah disini, namun semangatku kian membara untuk membuktikan bahwa aku bisa jadi yang terbaik. Semester 1, Tuhan mendengar segala do’aku, Alhamdulillah aku berhasil menmduduki peringkat satu di kelas X-5, begitupun di semester 2. Keluargaku mulai tersentuh, hingga satu persatu dari mereka mulai bangga dengan keberadaanku. Aku bahagia.
Detik – detik Ulangan Akhir semester 2, rasa kekeluargaan diantara kami makin besar. Rasa tak ingin kehilangan pun menyusup diantara relung hati kami, kami tak ingin berpisah, terlalu banyak cerita, canda tawa, senyuman, bentakan, duka dan lara yang telah kami lukis dalam dinding Soul Society. namun, keadaan dan waktulah yang menuntut semua ini terjadi.
Malam pembagian raport kenaikan kelas, kami sempatkan waktu untuk sekedar berkumpul dan berbagi rasa. Meski semua tak bisa hadir, tak menutup kebahagian dari raup wajah kami. Kami berkumpul dirumah Dhea mulai pukul 16.00 hingga 22.00,bercanda, tertawa dan pasti bahagia. waktu berjalan begitu cepat, seru kami diakhir kebersamaan itu. Dhea (mbo’dhe), Anis ( Tong Bunder), Cinthia, Ashfia (si Lebay, ketua kelas), Herlambang (jenggileng), Hendra (ohok), Shufi (walau kau telah tiada), Ikhe, Binti (si irit suara), Fahmi (Bakrie), Ferinta (Mendhez), Diyah (kartini X-5), Linda, Mariya (maafkan kami), intan (Gondang), Isnan (sahabatku yg suka music),me, Danik, Idha, Wisko (uez K.O), Demy sak jagung2), Brenda, Hana (kemanakah penutup auratmu itu), Ticha, Ifha (momo), Aditya Haris (Bodho), Firdaus (saulin, phapha), Salma (mhamhah), yezzi (si Lola yg cantik), Tektona (mbo’kotex), Richo (Maz.e mbo’e), Olivia, Wildan (ponakane bu Wiwik), Aditya Sasmita (Hantu kokkg), Haris (si Narsiez), dan Sandy (tokoh Jepang kita). Merekalah para penghuni rumah Soul Society.
Setelah libur panjang , akhirnya kami masuk sekolah kembali dengan suasana baru dan semangat baru pastinya. Aku berpisah dengan soul society,ada yang masuk jurusan IPA, IPS ataupun Bahasa. Aku sendiri masuk jurusan IPA di kelas XI IA 2. Semua masih terasa asing, karena aku harus menyesuaikan diri lagi di kehidupan yang baru, teman – teman baru yang belum sepenuhnya kenal. Awal masuk sekolah, aku beserta teman XI IA 2 menempati Lab Biologi karena kelas kami masih dalam tahap renovasi. Tentunya kami masih belum bisa akrab, masih terlihat jelas, yang dulu X.1 mainnya atau kumpulnya iya dengan anak X.1 begitupun seterusnya. Bahkan sampai sekarang pun, hal itu masih terjadi di kelas kami, meski ada beberapa yang telah akrab. Rasa saling memiliki dan kekeluargaaan belum tampak di kelas kami, tapi aku telah bertekad untuk menjadikan kelas XI IA 2 ini menjadi kelas yang lebih bermakna dan tak terlupakan. Iya, semoga XI IA 2 bisa menjadi seperti yang diinginkan. Amien.
Semoga saja.
0 Responses